New Year, New Life!

10 January 2018

2018
Photo by Nordwood Themes on Unsplash
Tahun 2018 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya untuk saya. Jujur saja saya tidak merasa ada yang spesial dengan pergantian tahun baru. Dari kecil saya selalu menghabiskan malam pergantian tahun dengan tidur pulas. Bahkan 2 tahun terakhir, tanggal 31 Desember saya selalu jadi the last woman standing in the office sampai akhirnya jadi juru kunci menutup kantor hehe. Saya juga bukan orang yang menunggu momentum pergantian tahun untuk membuat resolusi-resolusi baru dalam hidup.

Sejak tahun 2015, setelah selesai sidang S2, saya mendapatkan kerja di Jakarta. Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya keluar dari zona nyaman saya setelah tinggal di Bandung selama 23 tahun. Awal-awal kepindahan, saya cukup insecure apakah saya akan betah di Jakarta dan betah dengan kerjaan di perusahaan ini. Namun ternyata saya betah tinggal di Jakarta walau dengan drama KRL, busway, dan macetnya. Dan tidak terasa juga saya sudah bekerja di perusahaan ini selama 2 tahun 7 bulan.

Anandamaya Residences
Tempat saya bekerja
Site walk dengan teman-teman kantor di miggu terakhir
Pada akhir 2017 lalu, setelah berpikir sangat panjang, saya memutuskan untuk resign dari tempat kerja. Keputusan ini cukup berat bagi saya. Di satu sisi, saya sudah nyaman dengan lingkungan kerja disini. Saya sering berpikir bagaimana kalau saya tidak bisa mendapatkan partner kerja dan atasan sebaik disini, atau tidak mendapatkan kerja secocok disini. Di sisi lain, saya menikah dengan suami pada bulan Februari 2017. Hingga akhir tahun 2017, dengan keputusan bersama kami menjalan long distance relationship karena suami bekerja di Bali lalu pindah ke Surabaya, sedangkan saya tetap di Jakarta.

Perpisahan dengan teman-teman kantor dan bos favorit (kanan bawah)
Ketika saya resign, berbagai macem tanggapan positif dan negatif saya dapatkan dari rekan kerja. 

"Ih Surabaya kan panas" iya sih.

"Iyalah bagus ikut suami aja ngapain LDR terus" kalau ini komen mayoritas dari bapak-bapak kantor.

"Trus di Surabaya ngapain dong? Jadi ibu rumah tangga doang? Kalau belum dapet kerja disana, nanti penghasilan rumah tangga nya berkurang loh, karir kamu di Jakarta hilang." kalau komen ini berasal dari ibu-ibu kantoran yang berpikir jadi ibu rumah tangga adalah sebuah kesalahan.

Kata orang hidup itu pilihan, saya memilih ikut suami walaupun saya belum mendapatkan kerja lagi di Surabaya. Saat saya meminta pendapat ibu, ibu saya pun meyakinkan untuk tidak takut resign karena alasan keluarga dan berbakti pada suami, bahwa insya Allah rejeki itu diatur dan dijamin oleh Allah selama kita berusaha, dan bentuk rejeki Allah itu sangat luas tidak terbatas pendapatan bulanan saja. 

Naf + Arf

Karena alasan saya diatas, 2018 ini berkesan untuk saya, tanggal 31 Desember 2017, saya dijemput suami akhirnya pindah ke Surabaya. Dan tepat tanggal 1 Januari 2018, di tahun yang baru, saya terbangun di kota baru, tempat tinggal baru, status pekerjaan yang baru, dan akhirnya tinggal bersama dengan suami. Bismillah, hello new year and new life!

Post a Comment